kekavigi.xyz

Mimpi Tentang Anak yang Kelaparan

Ditulis tanggal oleh A. Keyka Vigiliant. Revisi terakhir pada tanggal . Konten diterbitkan dibawah lisensi CC BY-SA 4.0.


Ada mimpi, didalamnya, Anda berkunjung ke suatu tempat terpencil. Anda tidak yakin apakah tempat itu mengingatkan pada suasana kuliah-kerja-nyata, atau latar belakang video dari seorang reporter breaking news, suatu iklan yang sekilas muncul di YouTube, dokumenter? Anda tidak yakin. Lalu Anda mendengar seorang anak, yang ketimbang mati kelaparan, dia memilih makan tanah. Sebenarnya Anda tidak yakin apa yang Anda dengar, Anda cuma tahu mimpi sedang bercerita tentang seorang anak, yang ketimbang mati kelaparan, dia memilih makan tanah.

Tiba-tiba Anda terbangun. Tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, tapi Anda meneteskan beberapa air mata. Anda memulai hari, melanjutkan hal-hal baru, yang sebenarnya agak monoton kalau dituliskan dalam kalender. Sensasi belum puas, belum mengetahui, kenapa dan bagaimana anak itu makan tanah.

Istirahat siang, satu-per-satu teman di sekeliling pergi keluar: mencari makan, mengobrol, bersiap pergi ke masjid. Anda memesan makanan, melihat keluar, ada seorang anak yang mengemis. Maksimal kelas enam SD, duga Anda. Kalau dia mati kelaparan, kenapa? Bagaimana keadaan saat dia makan tanah: duduk sambil menangis; atau posisi tidur, mengais tanah dari tangan kanan, lalu menggeser tangan itu ke dalam mulutnya? Bagaimana cara dia mati? Dimana keluarganya saat dia mati: apakah mereka sudah lama mati; atau mereka kabur, menyelamatkan diri masing-masing; atau yang paling menyayat hati, mereka sedang membawa pulang makan, untuk dia si anak kecil?

Apakah tadi pagi memang mimpi? semua perang saudara; semua neraka akibat cekcok antar penguasa; semua yang mengungsi; mereka yang di mata hukum, tidak ada bedanya dengan hewan ternak. Sebut entah negara mana, mudah mencari berita dan kabar, kegilaan yang ada di sana. Untuk apa cari jauh-jauh, di sini baru saja, ada anak kecil yang mengemis.

Namun, siapa saya? Hidup sendiri masih susah, keluarga masih susah, uang masih susah. Dengan masalah sendiri aja sudah menyerah, untuk apa memikirkan orang di sisi lain Bumi? Bukankah itu urusan orang pintar? orang kaya? orang bertakhta? Anda selesai menghabiskan makanan. Beberapa tetes air mata jatuh, Anda menyekanya.

Anda melanjutkan hari. Pulang, menyelesaikan semuanya, menonton medsos sebentar, tidur. Semoga kerjaan besok bisa kelar. Amin.