kekavigi.xyz

Apa Makna Menjadi Manusia?

Tulisan renungan pribadi masa-ke-masa, membahas makna menjadi manusia.

Ditulis tanggal oleh A. Keyka Vigiliant. Revisi terakhir pada tanggal . Konten diterbitkan dibawah lisensi CC BY-SA 4.0.


Pembukaan oleh Keyka, Agustus 2023

Di sela-sela pekerjaan, makalah dan ide yang tidak kelar-kelar, dan di akhir bab-bab manga Frieren, pertanyaan itu terselip di pikiran. Mungkin sulit melepasnya, karena saya sempat kehilangan data-data penting di komputer – ada yang sudah dikoleksi sejak masih SMP – atau karena saya akan berpisah dengan kampus – tempat pelarian saya beberapa tahun terakhir ini. Apapun alasannya, pertanyaan itu muncul dan saya merasa perlu menjawabnya. Setidaknya dari sudut pandang pribadi. Mengasumsikan situs ini dapat bertahan satu dekade, saya nanti dapat menuliskan dua-atau-tiga jawaban dan menjadikannya sebagai bahan renungan pribadi.

2023

Halo, Keyka di September 2023 menulis bagian ini.

Setelah memikirkan selama berhari-hari – walau hanya sekian menit tiap harinya – saya menyimpulkan kata “berkembang” adalah jawaban satu-kata yang cocok untuk menjawab Pertanyaan. Namun menjelaskan arti kata tersebut, adalah hal yang belum dapat dilakukan. Walaupun demikian, ada tiga aspek yang saya rasa muncul dalam penjelasan, dan beberapa aspek yang lain yang mungkin juga muncul.

Aspek pertama yang saya pikirkan adalah semangat mencari pengetahuan. Beberapa orang belajar membina keluarga dengan menikah, yang lain membaktikan diri dan memutuskan untuk tak menikah. Sebagian melanjutkan pendidikan di luar negeri, sebagian pergi ke pelosok negeri. Ada yang aktif berdiskusi dengan orang penting, mengamati alam, mendapatkan sertifikasi, mengerjakan banyak hal di sana-sini. Namun pengetahuan tidak selalu ada “di luar.” Mengetahui batasan fisik, kondisi mental, maupun perkembangan emosi, juga perlu dipelajari, atau setidaknya, diketahui. Hal-hal tadi dapat ditemukan dengan mencari tahu lama tubuh tahan melakukan lari sprint, alasan diri menjadi lebih pemarah, maupun makanan yang dapat membuat pikiran merasa lebih senang.

Ya, saya merasa akan menjadi lebih “manusia”, ketika dapat mengerti banyak kejadian yang ada di luar maupun di dalam diri/tubuh saya. Namun mengerti saja tidak cukup. Lagipula, sebentar lagi – entah kapan – komputer dapat menirukan aspek itu. Atau dalam kalimat lain, hanya mengutamakan aspek mencari [dan mengerti] pengetahuan akan membuat diri saya tidak dapat dibedakan dari komputer.

Menjadi manusia mengartikan makhluk yang senang memberi. Setidaknya itu aspek lain yang telah saya pikirkan. Ada yang memberi rasa aman kepada bayi dan anak kecil, membuat sekolah dan jalan raya, menuliskan buku, memberitakan kabar di tanah peperangan, meracik obat, mengobati tubuh, melestarikan hutan, menciptakan inovasi. Saya pernah menyaksikan seorang yang aktif memperbaiki Wikipedia, walau saya yakin ia tahu, hanya sedikit yang membaca yang ia tulis, atau fakta sebagian tulisan yang lain divandal (dirusak), bahkan situs itu sendiri dapat hilang sewaktu-waktu – entah karena diblokir, atau karena kabel internet bawah laut yang putus. Walau terasa sia-sia, walau kurang dari sepuluh pengunjung artikel per bulan, setidaknya ia telah memberikan usaha dan dirinya. Saya merasa ia lebih “manusia” ketimbang saya.

Terakhir, dan saya berterima kasih pada Frieren untuk membuat saya benar-benar mengetahui aspek ini, adalah menghargai waktu. Mengasumsikan saya berada di distribusi yang sama dengan populasi-populasi sampel1 penelitian oleh Bank Dunia, besar kemungkinan saya meninggal di usia 66 tahun (plus-minus beberapa tahun). Itu mengartikan 43 tahun (plus-minus beberapa tahun) sebelum saya wafat – average-case scenario, walau saya tidak yakin apakah istilah itu cocok digunakan dalam konteks ini. Sebagian akan pergi lebih cepat dari saya, sedangkan yang lain (mungkin) akan mendengar kabar saya sudah mati. Dapat menghormati waktu, meluangkannya untuk hal-hal dan orang-orang yang tepat, mungkin akan membuat saya lebih “manusia.”

Tentu ada aspek-aspek lain, seperti kemampuan bersosialisasi, yang saya yakin juga memberi pengaruh besar pada ke-“manusia”-an seseorang. Namun itu tidak dituliskan, karena saya belum memahami, atau setidak benar-benar mengetahui, sifat aspek-aspek itu.

Sekian, sampai jumpa di masa depan !

Catatan kaki

  1. Saya tidak yakin apa bahasa statistika yang cocok untuk data(?) yang digunakan dalam penyajian oleh Bank Dunia ini.