kekavigi.xyz

Resensi Hujan Kepagian

Jika ada buku cerpen yang perlu saya selamatkan, buku "Hujan Kepagian" adalah salah satu yang pertama saya pertahankan. Berikut resensi saya tentang buku ini.

Ditulis tanggal oleh A. Keyka Vigiliant. Konten diterbitkan dibawah lisensi CC BY-SA 4.0.


Jika ada buku cerpen yang perlu saya selamatkan, buku Hujan Kepagian adalah salah satu yang pertama saya pertahankan. Judul lengkap buku ini adalah Hujan Kepagian: Kumpulan Cerita Pendek. Di dalamnya, ada enam cerpen yang dikarang oleh Nugroho Notosusanto. Buku ini pertama kali dicetak tahun 1958,1 namun yang saya baca adalah cetakan ke-25 pada tahun 2011. Untuk yang saya baca, buku ini diterbitkan oleh PT Balai Pustaka (Persero). Jika Anda nanti tertarik memiliki versi cetaknya, buku 200 halaman ini berukuran 14,8 × 21 cm dengan nomor ISBN 979-407-064-05. Namun jika Anda ingin membaca secara daring, Perpusnas membagikan gratis berkas PDF buku tersebut di sini.

Sinopsi buku ini sulit saya lepaskan dari sosok penulisnya. Notosusanto adalah satu dari banyak orang yang masuk dalam Tentara Pelajar. Namun tidak berhenti disana, ia juga aktif berkarir dalam bidang sastra dan pendidikan.2 Cerpen-cerpen ini berkisah disekitar masa revolusi kemerdekaan. Bercerita dari sudut pandang orang-orang biasa, yang waras dan tidak heroik-heroik amat, tetapi tak terbantahkan mereka pantas menjadi panutan hidup. Contohnya pada cerpen pertama, kita diajak merasakan seseorang yang tertinggal, dari pasukannya yang sudah tidak tahan melawan peleton KL.

masing-masing di antara kita lari terbirit-birit menuruti jalannya sendiri-sendiri.

Beberapa halaman selanjutnya menampilkan berbagai emosi yang dapat diluapkan manusia biasa yang dikejar maut: takut, semangat, nekat, dan seterus-terusnya. Sedangkan pada cerpen keempat, kita menonton seseorang perempuan yang hidup berperang di front depan. Keluarganya habis, dan ia sudah diperkosa. Ketika kita bertanya,

Apakah tidak pernah terjadi apa-apa kalau ia tidur?

Kita diberikan jawaban paling waras, apa hal yang terjadi dengan perempuan yang aktif berperang, tanpa keluarga, dan sudah diperkosa. Selain tokoh yang sederhana, cerpen-cerpen ini juga disampaikan dengan kalimat sederhana. Pada cerpen ketiga, kita melihat

Aku diam saja sambil mengigit-gigit rumput.

Itu adalah kalimat yang sederhana, aksi yang sederhana, ketika dua orang ribut dan Anda tidak tahu harus apa. Malahan, saya dapat katakan semua aksi dalam cerpen ini sederhana, dalam menjawab masalah yang sedang terjadi. Saya rasa Anda juga dapat mengapresiasi kesederhanaan cerpen ini. Dan yang terakhir, adalah bagaimana setiap cerpen ini berakhir. Beberapa berakhir seperti bunga yang mekar. Pelan, tetapi dalam setiap kalimat menjadi semakin indah. Sedangkan yang lain selesai seperti orang kena stroke. Cepat dan “begitu saja”, membuat Anda merenung dan membuat dada terasa sakit.

Dalam menulis sinopsi tadi saya mungkin bias, karena saya menyukai cerpen-cerpen ini. Namun jika Anda ingin tenggelam dalam cerita-cerita ini, ada baiknya Anda punya pengetahuan tentang merk dan istilah masa lampau. Istilah seperti terugvalbasis dan vuurstoot, bagaimana granat tekidanto meledak dan Sandow dimainkan. Buku ini dipenuhi kata-kata seperti itu. Tentu, ada catatan kaki untuk beberapa istilah asing, dan tanpa itupun, Anda dapat memahami istilah-istilah tersebut tepat di kalimat dimana istilah itu disebut. Namun tetap saja, ini dapat membuat Anda lebih sulit membayangkan yang terjadi di ‘lapangan’.


Sebagai kalimat penutup, nilai cerpen-cerpen ini sesuai dengan kehidupan kita saat ini. Bukan, maksud saya bukan tentang bagaimana sebagian orang muda kita malah mengagung-agungkan peperangan atau berbagai konflik geopolitik yang sedang terjadi. Namun bahwa cerpen-cerpen ini menyampaikan sebuah perjuangan, sama seperti kita yang sedang berjuang di keadaan penuh ketidakpastian saat ini. Semangat dalam buku ini dapat mudah diterapkan dalam keseharian hidup kita.

Catatan kaki

  1. Hujan Kepagian. Artikel “Hujan Kepagian” - Ensiklopedia Sastra Indonesia. (n.d.). Diambil March 19, 2023. 

  2. Sebagai seorang militer yang aktif dalam bidang sastra dan pendidikan, tidak salah menyebut Notosusanto punya peran penting dalam mengarahkan bagaimana sejarah Indonesia disampaikan. Pranala-pranala yang dirujuk oleh artikel Wikipedia-nya dapat membuat Anda lebih memahami, kebaikan dan mungkin-itu-tidak-baik yang beliau lakukan.