kekavigi.xyz

Menyapa Ubuntu

Sudah cukup lama, saya bermimpi dapat mereview suatu hal dengan baik. Kali ini, saya mencoba memulainya dengan mereview Ubuntu.

Ditulis tanggal oleh A. Keyka Vigiliant. Konten diterbitkan dibawah lisensi CC BY-SA 4.0.


Sudah cukup lama, saya bermimpi dapat mereview suatu hal dengan baik. Namun, tentu hal itu tidak dapat terjadi jika saya tidak penah memulainya. Namun, karena saya baru memulainya, banyak hal yang dapat… whiz-whooz-baam menjadi buruk, sangat buruk. Jadi, anggap saja anda telah diperingatkan.

Pada tahun ini, setidaknya 88.38% komputer dijalankan oleh Windows. Disusul oleh Mac sekitar 4.38% dan Linux 2.11% (jika beberapa dari kalian cukup jeli, benar, masih ada 4.11% yang kurang: “Other”). Tentu saja, di Indonesia banyak orang yang menggunakan Windows - baik asli maupun illegal - dan pasti cukup membosankan jika kalian membaca saya mengulas tentang Windows.

Ubuntu. itulah sistem yang saya gunakan untuk notebook saya. Banyak anak (khususnya yang tergabung dalam Asosiasi IT Club) mengatakan saya satu satunya disekolah yang menggunakan Linux. Hmm, secara teknis: salah. Karena Ubuntu tidak sama dengan Linux. Dan Linux bukanlah sebuah OS (maaf, itu adalah miskonsepsi lama yang mengatakan Linux adalah sistem operasi). “Iya, tapikan berbasis Linux juga kan”, jika mereka berpikiran seperti itu, maka banyak sekali anak di sekolah ini yang menggunakan Linux. Kenapa? sebenarnya mudah: Google, Facebook, router Wi-Fi, dan sebagainya itu berbasis Linux. Dan cukup mind-blowing bagi sebagian besar orang mengetahui handphone Android yang mereka miliki itu juga berbasis Linux. Sebenarnya banyak hal orang tidak mengetahui -atau salah paham- tentang Linux (mungkin karena “dibutakan” Windows?) tapi mari bahas hal itu lain kali saja.

Ubuntu (uu-BOON-tuu) adalah sistem operasi gratis yang dibuat oleh Canonical, yang bertempat di Inggris. Namanya diambil dari filosofi dari Afrika Selatan, yang kurang lebih berarti “kemanusiaan terhadap sesama”.

Saya sering menggunakan Windows sejak SMP, tetapi semenjak virus dan antek anteknya datang menyerang, saya berniat mengganti sistem operasi yang berbasis Linux. Alhasil, ketika kelas 1 SMA, saya berniat menggunakan Ubuntu 14.04, karena itu keluaran terbaru, 2014 bulan April (04). Melakukan dual-boot pada saat itu cukup menakutkan, karena saya memiliki banyak file sekolah yang penting. Mengatur partisi dan lain lainnya terasa cukup sulit di Windows. Namun tidaklah menakutkan. Saya menginstall Ubuntu di flashdisk saya, me-reboot notebook dan masuk ke layar utama. Di tampilan GUI  saya memilih instalasi. Setelah beberapa mengisi data pribadi -seperti nama, tempat tinggal dan jenis keyboard - proses instalasinya cuma beberapa menit (bandingkan dengan Windows yang berbelit dan butuh beberapa puluh menit).

Yang cukup terasa pertama kali adalah seberapa cepat untuk masuk ke halaman log-in. Tampilan desktopnya pun minimalis. tentu ada beberapa perbedaan dengan Windows, tetapi ini kata kuncinya: “kalau pernah ngerasain Mac di laptop teman, Ubuntu itu mudah”. Benar, tampilan Ubuntu mirip dengan Mac. Yang menarik dari Ubuntu (dan varian Linux yang lain) adalah pengaturannya yang mudah. Anda dapat hampir mengatur tampilannya dengan mudah agar sesuai dengan diri anda. dari tampilan ikon-ikon sampai font yang digunakan sistem, dari sekadar mengganti lagu sampai pengaturan sistem. Semuanya didesain untuk dapat digunakan semudah mungkin.

tampilan desktop saat ini.
"tampilan desktop saat ini.."

Setelah sekilas tentang tampilan mari lanjutkan dengan Aplikasi. Di Ubuntu (seperti Linux yang lainnya), sistem dapat mengetahui jenis file tersebut tanpa ada embel embel “.jpeg”, “.docx” atau “.mov”. Cukup menghemat tenaga jika kamu memiliki sebuah file namun tidak tahu harus dibuka dengan aplikasi apa. cukup klik tersebut, dan file itu terbuka (atau muncul dialog yang akan mengarahkan aplikasi apa yang cocok dengan file tersebut). Tidak seperti miskonsepsi umum, banyak aplikasi yang dapat berjalan di Ubuntu. bahkan anda dapat menginstall WINE untuk menjalankan program Windows (dengan kata lain dapat bermain CS GO, jika menginstall Steam dianggap mudah). Aplikasi yang sudah terpasang ketika baru menginstall Ubuntu (yang kemungkinan besar untuk dikenal) antara lain adalah Firefox dan LibreOffice. Tidak banyak hal yang dapat diceritakan disini karena proses menginstall aplikasi itu mudah, kurang lebih sama dengan di Windows, dengan perbedaan: tipe file aplikasinya “.apt” atau “.deb”, bukan “.exe”

Ups. Sepertinya saya tidak punya sesuatu untuk diceritakan lagi, jadi sekarang sesi curhat. Sama seperti teman saya yang kadang bingung jika meminjam notebook saya (karena saya sudah mengaturnya sedemikian rupa agar nyaman digunakan saya, jadi maklum jika orang bingung), saya bingung ketika menggunakan Windows. Jika anda sedang menulis dokumen dan ingin mencari suatu setting, tetapi lupa di mana setting itu anda dapat menekan Alt, dan menulis nama setting yang anda butuhkan. Tidak perlu capek mencari ke setiap menu bar, try-and-fail yang melelahkan. Ubuntu aman dari virus komputer, karena hampir semua virus komputer mengincar Windows. Jika pun ada, dalam waktu hari (atau jam) akan ada sistem update, membuat virus itu tidak berfungsi lagi. Berbicara tentang update, tidak seperti Windows, anda tidak harus menunggu proses update dengan canggung. Anda dapat fokus dengan pekerjaan (atau permainan) anda. Dan tidak ada paksaan untuk me-reboot komputer setelah mengupdate.

Sekian dari ulasan yang menyedihkan ini. Lain kali, saya akan melakukannya lebih baik lagi, step-by-step dari cara menginstall sampai mengganti tema tampilan.