kekavigi.xyz

Mencoba Menggunakan Debian 12

Beberapa hari yang lalu, Windows dan Ubuntu mengecewakan saya. Pada post ini, saya mencoba langkah baru dengan mencoba memasang Debian, dan menyampaikan beberapa hal terjadi, maupun yang saya lakukan.

Ditulis tanggal oleh A. Keyka Vigiliant. Revisi terakhir pada tanggal . Konten diterbitkan dibawah lisensi CC BY-SA 4.0.


Beberapa hari yang lalu, setelah jeda singkat dari mengetik program dan membaca beberapa berita, saya memutuskan untuk menaruh laptop Windows saya ke mode Sleep. Entah tersambat Windows Update, virus, atau sinar kosmik, ketika saya ingin kembali bekerja, laptop bersikeras kata sandi maupun PIN yang saya gunakan salah. Gaslight yang menakjubkan, karena sandi dan PIN itu sudah jadi ingatan otot di tangan saya. Sekitar setengah jam kemudian, setelah mencoba setiap sandi/PIN yang pernah saya gunakan, dan mencoba berbagai kemungkinan reset,1 sambil membaca omong-kosong yang tertampil di layar, saya bergumam dalam hati, “Ok, fine. Waktunya kembali ke Ubuntu”. Saya bahkan tidak sempat panik maupun marah; menggunakan analogi “Five Stage of Grief, saya langsung ke tahap ‘acceptance’.

Tapi setelah memasang (installed) Lubuntu, saya merasa kembali di-gaslight. [L]Ubuntu bersikukuh versi VLC yang terpasang di laptop (3.0.16-1.ubuntu1~esm) adalah versi terbaru yang tersedia; padahal situs VideoLAN menunjukkan VLC sudah menyentuh versi 3.0.20. Ditambah beberapa ketidaknyamanan lain, khususnya terkait Snap dan Ubuntu Pro, saya memutuskan untuk menghapus seisi memori laptop lagi, lalu memasang Debian. Oke, jujur, saya sempat jengkel ketika harus melakukan ini sekali lagi.

Jadi singkat kata, saya ingin memasang Debian 12 (dengan kode nama Bookworm) dengan desktop enviroment LXQt, ke laptop Asus dengan Intel Iris Xe dan NVIDIA MX330. Apakah memasang OS yang belum pernah saya coba akan “semudah itu”, atau malah banyak kendala di setiap tahapnya? Tulisan ini akan mengalami beberapa perubahan sembari saya mencoba ini-itu.

Pertimbangan memilih Debian+LXQt

Jika Anda tidak tertarik dengan TED Talk saya, silahkan lewati bagian ini.

Debian adalah salah satu sistem operasi (OS) dari keluarga sistem operasi Linux; bahasa lebih formal(?)-nya: Debian adalah salah satu distro Linux. Alasan terbesar memilih Debian adalah faktor kenyamanan yang diberikan:

Lalu, apa itu LXQt? LXQt adalah salah satu contoh tampilan antarmuka. Ini lebih mudah dijelaskan lewat contoh: Anda dapat melihat dan merasakan sensasi menggunakan Windows sangat berbeda dengan MacOS, dari tampilannya sampai pengaturannya sampai cara menyelakukan hal-hal, itu karena keduanya memiliki tampilan antarmuka yang berbeda. Berbeda dengan dua OS tersebut, Anda dapat memilih tampilan antarmuka yang Anda inginkan: sesuatu yang mirip Windows? MacOS? DOS? yang baru? selalu ada pilihan, dan salah satunya LXQt.

LXQt terkenal akan efisiensinya, dibandingkan dengan beberapa antarmuka Linux lainnya seperti GNOME dan KDE, dan terlebih ketika dibandingkan dengan Windows. Ketika laptop hanya menyala dan tidak digunakan, laptop saya hanya menggukan 500MB RAM. Ketika membuka banyak tab Firefox dan program, laptop menggunakan sekitar 1.8GB RAM. Siapa sangka dengan tidak menggunakan bermacam-macam widget seperti cuaca, saham, berita terkini, dll.; melakukan pengecekan pembaruan berkala dan mengirimkan berbagai telemetri data pribadi ke Internet; menampilkan berbagai animasi yang tidak berdampak pada suasana hati; akan mengurangi penggunakan RAM?

Alhasil Debian dengan LXQt, setidaknya sepengetahuan saya, menjadi pilihan yang rasional untuk membuat OS yang tangguh dan ringan.

Memasang Debian

Proses instalasi (memasang) Debian tidak sulit, selama Anda memiliki koneksi Internet untuk mengunduh berkas ISO, satu flashdrive yang bisa diformat (saya rasa 4GB sudah cukup), dan dapat mengakses program pembuat OS (Untuk Windows, contohnya adalah Rufus).

Untuk mempersingkat waktu, saya menggunakan torrent yang disediakan oleh FOSS Torrents. Anda dapat memilih berkas Debian LXQt yang berukuran tiga sekian gigabita, atau Debian Netinst (Network Installation) yang berukuran enam ratus sekian megabita. Perbedaannya, Debian Netinst hanya memasang Debian, sedangkan tampilan antarmuka yang Anda inginkan akan diunduh selagi instalasi berlangsung.

Proses instalasi pun mudah. Saya memilih untuk tidak membuat sandi untuk akun root, kecuali kalau paham Anda akan tidak dapat langsung menggunakan perintah seperti sudo, dan tahu harus bagaimana. Debian juga memberikan opsi enkripsi pada harddisk, dengan memilih opsi encrypted LVM pada tahap menentukan besar memori yang mau dialokasikan untuk Debian. Malangnya, memilih opsi ini membuat laptop saya menghabiskan sekitar satu jam, dari proses instalasi yang seharusnya hanya beberapa belas menit, karena Debian perlu menghapus seisi memori untuk memastikan tidak ada kebocoran data. Yakinkan diri untuk tidak akan lupa/kehilangan sandi yang Anda buat.

Tambahan: di laptop Asus saya, Debian akan mengalami galat ketika di-suspend (sepadan dengan sleep di Windows). Hal ini dapat ditangani dengan menonaktifkan opsi Hyperthreading, VMD, dan VT-d, di menu UEFI Asus; yang penggunaannya lebih ditujukan untuk Windows.2

Membuat diri nyaman

Setelah instalasi berhasil, pemasang (installer?) akan meminta Anda me-restart laptop. Setelah Anda melakukannya, tidak ada salahnya mencabut USB sekarang. Jika Anda juga memilih full-disk encryption, laptop akan meminta Anda memasukkan sandi harddisk yang Anda tetapkan. Selanjutnya, Anda disuguhi layar login.

Selamat datang di Debian.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah mengatur touchpad untuk memudahkan menge-klik (touchpad saya bermasalah).3 Selain itu, karena saya tipe orang yang lebih cepat mengetik ketimbang menggunakan touchpad maupun tetikus, saya juga mengatur beberapa shortcut key.4 Akhirnya saya sudah lebih mudah bernavigasi.

Saya melanjutkan dengan memasang beberapa program penting, dengan menggunakan terminal:

sudo apt install liblxqt-backlight-helper tlp

Kedua program itu akan memberikan bantuan pengaturan LXQt agar dapat mengubah kecerahan layar,4 dan laptop agar dapat efisien dalam menjaga daya baterai.5

Untuk aspek koneksi Internet, saya memasang Cloudflare WARP dan Tor (juga apt-transport-https6 dan apt-transport-tor) untuk mengurus koneksi Internet. Saya juga menghapus ConnMan karena Debian juga sudah menyediakan NetworkManager (tapi Anda sebaiknya memasang widget nm-tray). Sempat terjadi kendala UI/UX, yakni widget WiFi tidak menampilkan koneksi yang aktif maupun daftar WiFi yang tersedia. Hal ini membingungkan karena saya dapat melihatnya dengan menulis perintah-perintah di terminal. Untungnya Helge menyarankan tindakan yang dapat menyelesaikan masalah saya.

Kemudian, saya memasang program-program tambahan (sesuai kebutuhan saya) dan melakukan beberapa penyesuaian. Restic7 dan Rclone untuk mengenkripsi pencadangan data ke Google Drive dan beberapa tempat lainnya; KeepassXC untuk mengurus sandi8 dan Zotero untuk data-data penting; VLC untuk musik dan video9; micro dan VSCodium untuk menyunting teks dan program; juga hal-hal lain untuk mendukung hobi, seperti SCIP untuk penelitian dan WineHQ untuk menjalankan program Windows.

Sedangkan untuk kustomisasi lebih lanjut, saya mengubah wallpaper layar login agar sama dengan tampilan wallpaper di dekstop, dengan mengubah berkas /usr/share/desktop-base/active-theme menyesuaikan info dari diskusi ini. Pada langkah kedua ini pula, ada baiknya Anda meluangkan waktu mengkustomisasi tampilan sistem LQXt. Beberapa tempat yang saya kunjungi adalah: Desktop Preferences, Configure Panel, IBus Preferences, Power Management Settings, Windows Manager, Windows Manager Tweaks, dan LXQt Locale configuration. Selain itu, ukuran semua hal (fon, ikon, dll.) di laptop saya terlihat terlalu kecil. Saya mengikuti saran CeDeROM: menambahkan variabel GDK_DPI_SCALE, GDK_SCALE, QT_SCALE_FACTOR, masing-masing bernilai 1.1, ke Enviroment di LXQt Session Settings. Saya juga memasang redshift, yang dengan menggunakan perintah redshift -O 3500, layar laptop berubah menjadi lebih hangat (kemerah-merahan).10

Terakhir, yang sepertinya kontroversial bagi beberapa orang, saya menganggap program-program ini redundan/tidak berguna dan memilih menghapusnya:

sudo apt remove synaptic* mozc-* uim* firefox-esr-* clipit \
diodon qlipper kasumi goldendict feathernotes debian-reference-* \ 
meteo-qt quassel qpdfview audacious smplayer smtube mpv xterm* \
mlterm* xiterm+thai qps geoclue* libreoffice-l10n-* libreoffice-help-*

Aduh NVIDIA

Ingat beberapa paragraf lalu saya menulis “pengembang program akan cenderung mengutamakan pengembangan dan bantuan lebih ke OS yang terkenal” dan “Debian terkenal akan kestabilannya”? Saya sempat memasang NVIDIA, dan pembaruan Debian membuat saya terus gagal memperbaiki, menyerah, dan memasang ulang Debian. Ugh. Seseorang memulai diskusi Why are severely broken point releases being released for Bookworm yang dipenuhi komentar pasif-agresif yang saya sukai. Hikmah dari diskusi itu adalah pengembang pihak ketiga yang tidak tertarik dengan komunitas sumber-terbuka (open source), tidak tidak tertarik dengan komunitas sumber-terbuka; dan NVIDIA sebenarnya contoh terkenal pihak seperti itu.

Walau pemasangan driver NVIDIA sangat mudah, membatalkan atau memperbaiki pemasangan dapat melelahkan, setidaknya untuk saya pribadi. Sepertinya masalah NVIDIA yang menyebabkan kernel panic sudah ditangani, tetapi saya masih sulit percaya untuk tidak memasangnya lagi dan kembali merusak laptop.

Catatan kaki

Lihat banyaknya catatan kaki ini? Sebagian catatan ini disebabkan oleh LXQt: sistem antarmuka yang saking sederhana dan ringannya, ketika terjadi masalah, Anda perlu turun tangan dan melakukan “penelitian kecil” khusus untuk menyelesaikannya.

  1. Sialnya, saya dan Microsoft tidak menyimpan sandi BitLocker yang digunakan laptop, sehingga tidak ada opsi perbaikan yang bisa dilakukan. Bahkan ketika hendak melakukan reset total (instalasi ulang Windows), laptop tidak dapat mengidentifikasi SSD yang dapat dipakai. Namun setelah semuanya kelar, saya baru membaca cara terakhir mungkin dapat ditempuh ketika menonaktifkan fitur Intel Volume Management Device (VMD) di menu UEFI. Huh, saya tidak menyesal ketika mengetahuinya. 

  2. Ini saya temukan setelah mencoba seharian berbagai hal, termasuk mengubah pengaturan GRUB. Malangnya, saya melihat laptop Asus tidak akan peduli dengan berbagai perubahan yang saya lakukan itu. Referensi hal-hal yang saya sempat lakukan dapat dibaca lebih lanjut di forum ArchLinux dan forum Debian

  3. Di Application Menu (padanan Start di Windows), Anda tinggal mencari (atau lebih cepatnya, mengetik) Keyboard and Mouse Settings, lalu pilih Mouse and Touchpad, dan aktifkan Tap to click dan Natural Scrolling

  4. Di Shortcut Key, saya menonaktifkan banyak pintasan yang menggunakan Ctrl+Fn, Meta+Num, maupun XF86 (Di Asus, ini adalah kombinasi tombol Fn dengan tombol dengan ikon-ikon seperti matahari, pengeras suara, dsb.). Lalu, saya menetapkan Ctrl+Alt+T untuk menjalankan perintah (command) qterminal; Super_L untuk menampilkan Application Menu dengan menggunakan perintah /panel/mainmenu/show_hide; Shift+F1 untuk firefox-esr; Meta+E untuk pcmanfm-qt, sepadan dengan Explorer di Windows; tombol Print untuk screengrab. Lalu saya menetapkan Fn+F4, yakni kombinasi tombol Asus untuk mengurangi kecerahan layar, yang tercatat sebagai XF86MonBrightnessDown di LXQt, sebagai perintah lxqt-config-brightness -d; dan serupa dengan itu, XF86MonBrightnessUp untuk perintah lxqt-config-brightness -i. Akan tetapi, lxqt-config-brightness memerlukan perbaikan lebih; silahkan menyimak lebih lanjut.  2

  5. Untuk laptop Asus saya, saya mengikuti saran dari dokumentasi dalam menjaga persentase daya baterai. Pengaturan ini disimpan berkas tlp.conf yang terletak di /etc

  6. Pada tahun 2019, Justicz menemukan resiko keamanan dari APT yang menggunakan HTTP. 

  7. Lebih lanjut untuk hal ini, saya membuat cronjob dengan beberapa perubahan lebih lanjut, agar dapat melakukan pencadangan berkala yang sesuai dengan keperluan saya. Halaman dokumentasi ini berisi saran terkait cara menggunakan restic dan rclone untuk pencadangan ke Google Drive, dan dokumentasi ini berisi informasi tentang cara merapikan semua pencadangan yang sudah disimpan. 

  8. Saya menghapus Gnome Keyring karena sudah digantikan oleh KeepassXC (pilihan yang lebih rasional menurut keperluan saya). Integrasi KeepassXC sebagai pengganti Gnome Keyring dapat dibaca di artikel oleh Nemeth berikut

  9. Jika VLC menghasilkan peforma/hasil yang tidak sesuai dengan harapan, saya menemukan diskusi di forum VideoLAN yang dapat menjadi patokan awal (dan semoga solusi) dalam menyelesaikan masalah Anda. 

  10. Untuk mengubah layar kembali putih cerah, tetapkan temperatur 6500